Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Konflik Thailand dan Kamboja, Peta Kolonial Buatan Perancis Jadi Pemicu

Baca di App
Lihat Foto
AFP
Tentara Kamboja mengisi ulang peluncur roket BM-21 di Provinsi Preah Vihear ketika pertempuran berkecamuk melawan Thailand pada Kamis, 24 Juli 2025. Sebagai balasan, Thailand melakukan serangan udara dengan jet tempur F-16. Bentrokan ini menewaskan warga sipil.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Konflik Thailand dan Kamboja kembali meledak menjadi bentrokan berdarah di kawasan perbatasan yang disengketakan pada Kamis (24/7/2025). 

Insiden tersebut menewaskan sedikitnya belasan orang dan memaksa ribuan warga mengungsi, serta memperburuk hubungan diplomatik kedua negara Asia Tenggara tersebut.

Perseteruan ini berakar dari konflik historis yang belum tuntas, ditandai oleh semangat nasionalisme yang terus bergelora di kedua pihak. 

Lantas, konflik historis seperti apa yang memicu perang Kamboja Thailand 2025?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Perang Thailand-Kamboja, Tokoh Dunia Serukan Gencatan Senjata dan Dialog Damai

Konflik Thailand dan Kamboja berakar dari penjajahan Perancis

Dilansir dari New York Times, Kamis (24/7/2025), perselisihan perbatasan antara Kamboja dan Thailand dapat dilacak hingga ke tahun 1907, saat masa penjajahan Perancis di Kamboja. 

Peta buatan kolonial Perancis menjadi dasar klaim Kamboja atas wilayah perbatasan, namun ketidakjelasan batas-batasnya menimbulkan tafsir berbeda yang kemudian digugat oleh Thailand.

Upaya penyelesaian secara diplomatik telah dilakukan berkali-kali, termasuk melalui Mahkamah Internasional pada 1962. 

Namun, sengketa tetap tak terselesaikan sepenuhnya, terutama karena melibatkan area-area strategis dan simbolik seperti kompleks candi kuno yang diklaim kedua pihak.

Baca juga: Update Perang Thailand-Kamboja: 12 Tewas, Situs Warisan Dunia Rusak, Ribuan Warga Mengungsi

Meskipun konflik sempat mereda, tetapi kembali membara pada 2008 hingga puncaknya di tahun 2011. 

Bentrokan berdarah terjadi di kawasan hutan perbatasan yang kaya situs sejarah. 

Masing-masing pihak menuding pihak lain sebagai pemicu konflik, dan pertempuran selama sepekan menewaskan sedikitnya 15 orang serta memaksa puluhan ribu penduduk sipil mengungsi.

PBB saat itu memerintahkan gencatan senjata, penarikan pasukan, dan pembentukan zona demiliterisasi. Namun, keputusan final soal penguasaan wilayah masih menggantung hingga kini.

Baca juga: Kronologi Baku Tembak Thailand-Kamboja: dari Drone hingga Serangan F-16

2025 memanas kembali karena kegagalan diplomasi

Memasuki 2025, ketegangan kembali membara. Pada 28 Mei, bentrokan di garis perbatasan menewaskan seorang tentara Kamboja, memperuncing hubungan bilateral.

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, mencoba meredakan situasi lewat komunikasi langsung dengan pemimpin de facto Kamboja, Hun Sen, pada 15 Juni. 

Namun, bukannya meredakan suasana, isi percakapan mereka yang kemudian diunggah Hun Sen ke Facebook justru memicu kontroversi.

Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn tampak menyebut militer Thailand sebagai pihak lawan, menyapa Hun Sen sebagai paman, dan menawarkan bantuan dalam bentuk apa pun. 

Sikapnya yang dianggap meremehkan militer sendiri membuat parlemen Thailand gerah dan mendorongnya untuk mundur dari jabatan.

Baca juga: Sejarah Konflik Perbatasan Thailand dan Kamboja, Ini Pemicunya

Pada 1 Juli, Mahkamah Konstitusi Thailand menangguhkan jabatan Paetongtarn setelah menerima petisi dari senator yang menudingnya melanggar etika dalam komunikasi diplomatik. 

Meski sudah meminta maaf dan menyatakan tak bermaksud mengambil keuntungan pribadi, tekanan politik terus menguat.

Sebagaimana diberitakan The Guardian, Kamis (24/7/2025), ketegangan semakin memuncak pada Rabu (23/7/2025) lalu, ketika lima tentara Thailand terluka akibat ledakan ranjau darat saat melakukan patroli di kawasan sengketa.

Otoritas Thailand menuding ranjau tersebut baru saja dipasang oleh pihak Kamboja, dan segera menutup pintu perlintasan di perbatasan timur laut, menarik duta besarnya dari Phnom Penh, serta mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok sebagai bentuk protes diplomatik.

Menanggapi eskalasi ini, Kamboja menyatakan akan menurunkan hubungan diplomatik dengan Thailand ke tingkat terendah dan menarik seluruh staf diplomatik dari kedutaannya di Bangkok.

Meski demikian, Phnom Penh membantah keras tuduhan bahwa mereka memasang ranjau darat baru.

Situasi di lapangan masih tegang, dan komunitas internasional menyerukan agar kedua negara menahan diri serta kembali ke meja perundingan demi menghindari konflik berskala lebih besar.

Baca juga: Duduk Perkara Militer Thailand dan Kamboja Saling Serang di Perbatasan, Apa Masalahnya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi