KOMPAS.com - Tim dokter bedah di Universitas Duke, Amerika Serikat, berhasil menghidupkan kembali jantung bayi yang telah berhenti berdetak selama lebih dari lima menit.
Jantung tersebut kemudian ditransplantasikan ke tubuh bayi lain yang berusia tiga bulan, dan berhasil menyelamatkan nyawanya.
Peristiwa tersebut ditulis dalam jurnal New England Journal of Medicine (NEJM) pada tahun 2024.
Amerika Serikat (AS) memiliki aturan yang ketat, dan terbatasnya donor jantung untuk bayi di sana mengakibatkan 20 persen bayi di AS meninggal dunia saat menunggu donor jantung.
Baca juga: Dokter Bedah Asal Inggris Laporkan Apa Saja yang Dilihatnya di Rumah Sakit Gaza
Teknologi reanimasi jantung untuk transplantasi bayi
Dikutip dari Science Alert, Senin (21/7/2025), peristiwa tersebut diawali ketika jantung dari pendonor bayi berhenti berdetak di meja operasi selama lebih dari lima menit.
Dengan izin keluarga, tim dokter dari Universitas Duke “menghidupkan” kembali jantung tersebut menggunakan alat khusus berupa oksigenator, pompa sentrifugal, dan reservoir gantung untuk menampung darah yang dikeluarkan.
Alat tersebut dirancang secara khusus, sebab sistem pengawet organ konvensional yang telah ada terlalu besar untuk jantung bayi.
"Konsep 'reanimasi di atas meja' ini menunjukkan bahwa kita bisa mempertahankan fungsi jantung untuk transplantasi, setidaknya pada bayi," tulis tim dokter bedah tersebut, dikutip dari Science Alert.
Setelah dipulihkan, jantung bayi kemudian ditransplantasikan ke tubuh bayi lainnya yang berusia tiga bulan.
Hingga usia enam bulan, bayi tersebut menunjukkan fungsi jantung normal tanpa adanya tanda penolakan.
Masih dari jurnal yang sama, tim bedah lain dari Universitas Vanderbilt diketahui mengembangkan teknik yang berbeda.
Mereka tidak menghidupkan kembali jantung, melainkan mengawetkannya dengan penjepitan aorta dan pembilasan larutan pengawet dingin.
"Teknik kami hanya mengalirkan larutan pengawet beroksigen ke jantung donor, tanpa reanimasi jantung dan tanpa perfusi sistemik atau otak," jelas mereka.
Tiga jantung donor berhasil dipulihkan dan ditransplantasikan dengan hasil pascaoperasi yang dinilai sangat baik.
Baca juga: 5 Tahun Menyamar Jadi Perawat, Wanita Ini Akhirnya Ditangkap dengan 20 Nama Samaran
Kritik etika dari reanimasi jantung
Sebagian kritikus menyebut prosedur tersebut dapat merusak definisi kematian peredaran darah jika jantung dihidupkan kembali saat masih berada di tubuh donor.
"Mencabut alat bantu hidup pasien terminal, menghidupkan kembali jantung mereka, lalu mengambilnya untuk transplantasi adalah tindakan yang tidak benar secara moral," ujar para pengkritik, dikutip dari Science Alert.
Kekhawatiran mereka juga berkisar pada apakah kematian sudah benar-benar terjadi sebelum organ diambil.
Sebagai tanggapan, para pendukung prosedur "reanimasi di atas meja" menekankan bahwa tindakan dilakukan setelah jantung diangkat dari tubuh pendonor.
Hal ini dinilai dapat mengurangi beban etika yang menjadi kendala.
Selain menyelamatkan nyawa, pendekatan ini diperkirakan dapat meningkatkan jumlah donor jantung bayi hingga 30 persen.
Dengan teknik yang terus disempurnakan, para peneliti berharap transplantasi jantung bayi akan menjadi lebih mungkin dan lebih luas di masa mendatang.
Baca juga: Dokter Bedah di Jerman Tak Sengaja Tertular Kanker dari Pasien
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.