Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kini Banyak Orangtua Menginginkan Anak Perempuan Dibanding Laki-laki?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/yanalya
Ilustrasi bayi baru lahir. Mengapa Lebih Banyak Orang Tua Menginginkan Anak Perempuan daripada Laki-laki?
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Laporan The Economist menunjukkan bahwa dewasa ini kebanyakan orangtua lebih menginginkan anak perempuan dibanding laki-laki.

Fenomena ini hampir menghilangkan preferensi zaman dulu di mana anak laki-laki lebih banyak diharapkan oleh orangtua.

Dalam banyak budaya, anak laki-laki secara tradisional mewarisi nama keluarga dan kekayaan keluarganya.

Sehingga, anak laki-laki jauh lebih didambakan daripada anak perempuan, dan banyak orang yang memilih untuk menggugurkan bayi perempuan mereka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, beberapa tahun terakhir, preferensi memiliki anak laki-laki telah berkurang secara drastis, terutama di negara-negara yang berkembang.

Sementara di negara-negara kaya, kebanyakan orangtua juga mulai mendamba anak perempuan.

Pergeseran fenomena ini disebabkan karena munculnya persepsi bahwa anak laki-laki membawa beban, sedangkan anak perempuan adalah anugerah.

Baca juga: Polisi Australia Tangkap Pelaku Perdagangan Anak Perempuan Indonesia

Negara dengan kelahiran bayi perempuan lebih tinggi

Banyaknya orangtua yang menginginkan bayi perempuan membuat kelahiran anak laki-laki berpotensi turun menjadi 200.000 pada 2025, menurut estimasi terbaru.

Penurunan tren preferensi bayi laki-laki ini disetarakan dengan 7 juta anak perempuan yang selamat dari seleksi jenis kelamin dalam 25 tahun.

Beberapa negara yang mengalami tren pembalikan tersebut di antaranya adalah Korea Selatan, China dan India. Berikut datanya:

1. Korea Selatan

Badan statistik Korea Selatan menunjukkan, sejak 1985 sampai dengan 2003, persentase perempuan Korea Selatan yang ingin memiliki anak laki-laki turun drastis dari 48 persen menjadi 6 persen.

2. China

Rasio anak laki-laki turun dari 117 pada 2000-an menjadi 111 orang pada 2023, pasca kebijakan satu anak.

Baca juga: Kepala BKKBN Bantah Wajibkan 1 Ibu Lahirkan 1 Anak Perempuan, Ini Penjelasannya

3. India

Rasio kelahiran bayi laki-laki di India turun dari 109 pada 2010 menjadi 107 pada 2023.

4. Jepang

Survei Fertilitas Nasional Jepang yang secara rutin melakukan jajak pendapat setiap 5 tahun mencatat bahwa pada 1982, 48,5 persen pasangan menikah hanya menginginkan satu anak dan itu adalah perempuan.

Pada 2002, 75 persen pasangan juga menginginkan anak perempuan.

Preferensi memiliki anak perempuan juga diinginkan oleh orangtua yang menginginkan memiliki dua atau tiga anak.

5. Amerika Tengah dan Selatan

Di Amerika Tengah dan Selatan, perempuan Karibia mengatakan bahwa mereka lebih suka memiliki anak perempuan daripada anak laki-laki.

Dari data-data ini, lantas, mengapa memiliki anak perempuan kini lebih diinginkan daripada anak laki-laki?

Baca juga: Anak Perempuan dan Belenggu Beban Ganda Sejak Kecil

Alasan anak perempuan lebih diinginkan daripada laki-laki

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan orangtua lebih memilih anak perempuan ketimbang laki-laki, mulai dari budaya hingga kondisi psikologis masing-masing orang.

Di Afrika sub-Sahara misalnya, kewajiban tradisional seorang pria untuk membayar mahar yang besar kepada keluarga perempuan yang dinikahinya membuat orangtua lebih mendambakan anak perempuan daripada laki-laki.

Tak hanya itu, studi yang diterbitkan pada 2010 menunjukkan, orangtua di Amerika lebih memilih mengadopsi anak perempuan dengan membayar 16.000 dollar AS atau sekitar Rp 262 juta.

Tidak diketahui dengan jelas alasan di balik meningkatnya preferensi anak perempuan lebih banyak diadopsi ketimbang laki-laki.

Namun, studi Abbie Goldberg dari Universitas Clark pada 2009 mengungkap bahwa anak perempuan dianggap lebih mudah dibesarkan, lebih menarik, kompleks, dan kurang menantang fisik dibandingkan anak laki-laki.

Oleh karena itu, para orangtua lebih memilih untuk memiliki anak perempuan daripada laki-laki.

Sementara itu, para orangtua di China beranggapan bahwa memiliki anak laki-laki dinilai mahal karena pria perkotaan kelas menengah biasanya diharapkan memiliki apartemen sebelum menikah.

Mereka juga mengatakan bahwa anak laki-laki sering mengeluh tentang biaya yang sangat besar untuk membantu mereka membeli rumah.

Baca juga: Hari Anak Perempuan Internasional: Tak Tergoyahkan dan Tak Terhentikan

Kemungkinan lainnya adalah bahwa preferensi terhadap anak perempuan mungkin bukan tanda emansipasi, melainkan cerminan peran gender yang langgeng.

Asumsi bahwa anak perempuan akan lebih "mengasuh" sementara anak laki-laki akan menjauh, sudah mengakar bahkan dalam masyarakat yang paling egaliter sekalipun.

Di Denmark, Norwegia, dan Swedia misalnya, perempuan relatif terwakili dengan baik baik dalam bisnis maupun politik.

Pasangan orangtua di sana tetap menempatkan kepentingan yang lebih besar untuk memiliki setidaknya satu anak perempuan daripada memiliki setidaknya satu anak laki-laki.

Adapun beberapa sosiolog berpendapat bahwa fenomena ini disebabkan karena fakta bahwa anak perempuan jauh lebih mungkin merawat orangtua ketika lanjut usia daripada laki-laki.

Kebanyakan orangtua juga beranggapan bahwa memiliki anak perempuan lebih mungkin memberikan kesan yang baik bagi mereka daripada memiliki anak laki-laki.

Hal ini karena anak laki-laki lebih lambat mengembangkan keterampilan motorik halus daripada anak perempuan. Mereka juga kurang mampu duduk dengan diam.

Baca juga: Benarkah Anak Perempuan Pertama Cerminan Ayahnya?

Faktor yang memengaruhi keinginan orangtua pada jenis kelamin anak

Psikolog Ibunda.id, Danti Wulan mengatakan, ada beberapa faktor preferensi yang menyebabkan orangtua berkeinginan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.

"Keinginan orangtua terhadap anak perempuan atau laki-laki tidak selalu sama dan bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor," kata dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (29/7/2025).

Danti menjelaskan, berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi keinginan tersebut:

1. Pengalaman pribadi

Danti mengatakan, pengalaman masa kecil orangtua dengan saudara kandung laki-laki dan perempuan juga hubungan dengan orangtua sendiri bisa membentuk preferensi mereka terhadap jenis kelamin anak.

Sebagai contoh, dalam keluarga, anak perempuan lebih gesit dan perhatian ke keluarga, sedangkan anak laki-laki sebagai yang membantu secara fisik.

2. Budaya dan norma sosial

Norma budaya dan sosial dalam masyarakat tertentu dapat memengaruhi preferensi jenis kelamin anak.

Beberapa budaya mungkin lebih menghargai anak laki-laki sebagai pewaris keluarga, sementara yang lain mungkin lebih menghargai anak perempuan.

Baca juga: Hari Anak Perempuan Internasional 2020: Wujudkan Dunia yang Aman bagi Mereka

3. Faktor psikologis

Beberapa faktor psikologis dapat memengaruhi preferensi orangtua terhadap jenis kelamin anak.

Misalnya, beberapa orangtua mungkin merasa lebih nyaman berinteraksi dengan anak laki-laki atau perempuan karena kepribadian dan gaya komunikasi mereka.

4. Pertimbangan praktis

Menurut Danti, beberapa orangtua mempertimbangkan faktor-faktor praktis seperti biaya pendidikan, kesehatan, dukungan finansial di masa depan seperti pernikahan, saat membuat preferensi jenis kelamin anak.

"Jadi dalam hal pemilihan preferensi anak kalau menurut saya, tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan ini, dan preferensi orangtua dapat bervariasi tergantung pada pengalaman pribadi, budaya, dan harapan mereka," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi