KOMPAS.com - Belakangan ini muncul tren tak biasa di kalangan orang dewasa muda di China berupa mengisap empeng.
Meski identik dengan bayi, empeng kini justru menjadi obyek populer di kalangan sebagian orang dewasa yang mencari kenyamanan emosional di tengah tekanan hidup.
Fenomena ini ramai diperbincangkan setelah beberapa pengguna media sosial di China membagikan pengalaman pribadi mereka saat menggunakan empeng, lengkap dengan alasan dan perasaan yang menyertainya.
Mereka mengaku bahwa kebiasaan tersebut membantu mengurangi kecemasan, memberikan rasa aman, bahkan menjadi semacam cara untuk menenangkan diri.
Dikutip dari Sohu, Rabu (30/7/2025), penjualan empeng khusus dewasa kini tengah melonjak tajam di sejumlah platform e-commerce.
Bahkan, dalam satu bulan, penjualan beberapa produk empeng dewasa dilaporkan bisa melebihi 2.000 unit.
Lantas, apa sebenarnya yang mendorong orang dewasa untuk mengadopsi kebiasaan yang biasa dilakukan bayi ini?
Baca juga: Wanita di China Pacari 20 Pria Sekaligus, Minta iPhone Lalu Menjualnya untuk Beli Apartemen
Alasan orang dewasa di China mengempeng
Orang-orang dewasa di China dilaporkan mengedot empeng sebagai bentuk usaha untuk meredakan kecemasan dan stres yang dialami.
Selain itu, mengedot empeng juga diklaim bisa membantu seseorang dalam meningkatkan kualitas tidurnya.
Hal tersebut terutama di dalam masyarakat yang serba cepat dan penuh tekanan seperti saat ini. Sehingga empeng menjadi alat penenang seperti masa kanak-kanak.
Beberapa orang bahkan menyebut produk ini juga dapat membantu berhenti merokok dan memperbaiki pernapasan.
Baca juga: Tren Baru di China, Sewa Kantor untuk Tutupi Status Pengangguran, Berapa Tarifnya?
Sebagaimana dilansir South China Morning Post (SCMP), Minggu (3/8/2025), sejumlah orang dewasa di China membagikan pengalaman mereka menggunakan empeng sebagai cara untuk meredakan stres dan kecemasan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pengguna mengatakan bahwa ia mulai menggunakan empeng saat merasa tertekan di tempat kerja. Aktivitas ini memberinya sensasi nyaman seperti ketika masih kecil.
"Ketika saya berada di bawah tekanan di tempat kerja, saya menghisap dummy itu. Saya merasa dimanjakan dengan rasa aman sejak kecil," ujarnya.
Sementara itu, pengguna lain menyebut bahwa empeng membantunya berhenti merokok. Baginya, dot tersebut memberikan rasa tenang secara psikologis dan membantu mengurangi kegelisahan selama masa transisi.
"Ini luar biasa dalam membantu saya berhenti merokok. Ini memberi saya kenyamanan psikologis dan membuat saya tidak terlalu gelisah selama periode berhenti merokok," katanya.
Ada pula yang menilai bahwa empeng dewasa yang dibelinya memiliki kualitas baik dan tidak mengganggu pernapasan.
"Kualitasnya tinggi, lembut, dan saya merasa nyaman menghisapnya. Ini tidak menghalangi pernapasan saya," ungkap pengguna lainnya.
Testimoni ini menunjukkan bahwa di balik tren unik tersebut, banyak orang dewasa yang memandang empeng bukan sekadar benda kekanak-kanakan, melainkan alat bantu untuk menenangkan diri di tengah tekanan hidup.
Baca juga: Susah Cari Kerja, Anak-anak Muda di China Pilih Kerja Jadi Cucu Penuh Waktu dan Digaji Rp 15 Juta
Dokter ingatkan bahaya mengempeng
Tren mengisap empeng di China telah diperingatkan oleh beberapa ahli memiliki potensi bahaya kesehatan.
Dokter gigi Tang Caomin mengatakan, empeng atau dot berpotensi menyebabkan kerusakan pada mulut. Bahkan menurutnya, hal itu diremehkan oleh para penjual empeng.
Kemudian, menggunakan empeng dalam jangka waktu lama dapat membatasi kemampuan seseorang untuk membuka mulut dan menyebabkan rasa sakit saat mengunyah.
Baca juga: Dianggap Aib, Lulusan Kedokteran di China Disebut Didesak Kampus untuk Hapus Video Jualan Es Krim
“Dengan menghisap dot selama lebih dari tiga jam sehari, posisi gigi Anda mungkin akan berubah setelah satu tahun,” papar Tang.
Selain itu, dia juga memeringatkan bahwa bagian dari empeng tersebut dapat terhirup saat seseorang tertidur.
Sementara itu, psikolog Zhang Mo mengungkapkan bahwa kebutuhan emosional seseorang yang menggunakan boneka mungkin tidak terpenuhi.
“Solusi yang sebenarnya bukanlah memperlakukan diri mereka sendiri sebagai seorang anak kecil, tetapi menghadapi tantangan secara langsung dan menyelesaikannya,” tuturnya.
Baca juga: Pemuda China Kabur ke Gunung Karena Patah Hati, Picu Pencarian Besar-besaran
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.