KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia akan memberikan pengobatan kepada sekitar 2.000 warga Jalur Gaza, Palestina yang menjadi korban perang.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengatakan, rencana tersebut merupakan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Hasan menjelaskan, warga Gaza akan menjalani pengobatan di Pulau Galang, Kepulauan Riau.
Lokasi tersebut dipilih karena memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, termasuk rumah sakit dan fasilitas pendukung yang bisa dipakai untuk merawat korban luka akibat konflik beserta anggota keluarga yang mendampingi.
“Itu kan juga tempat yang terpisah dari warga kita yang bermukim di pulau-pulau lainnya,” jelas Hasan di Kantor PCO, Jakarta dikutip dari Antara, Kamis (7/8/2025).
Berikut profil, sejarah, dan fasilitas Pulau Galang yang akan dijadikan lokasi pengobatan 2.000 warga Gaza.
Baca juga: 70 Persen Kapasitas RS Corona Terpakai, Apa Kabar RSKI Pulau Galang?
Profil Pulau Galang
Pulau Galang terletak di Kota Batam, Kepulauan Riau. Pulau ini juga pernah digunakan sebagai pusat penanganan dan lokasi pengungsian saat pandemi Covid-19.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com, Pulau Galang berjarak sekitar 60-79 kilometer dari Kota Batam, Kepulauan Riau dan terpaut sekitar 197 kilometer dari Singapura.
Dilansir dari laman Indonesia.go.id, Rabu (11/3/2020), nama Pulau Galang memiliki arti "landasan", berdasarkan cerita yang beredar di kalangan masyarakat.
Asal-usul nama tersebut bermula saat Sultan Malaka memerintahkan pembuatan lancang atau bahtera raja pada abad ke-16.
Para prajurit kemudian mencari bahan untuk pembuatan kapal hingga mereka menemukannya di Pulau Galang.
Pulau Galang memang mempunyai kayu yang cocok untuk bahan dasar pembuatan perahu, yaitu seraya.
Baca juga: Istana Ungkap Alasan Pulau Galang Jadi Lokasi Pengobatan Warga Gaza, Tegaskan Bukan Evakuasi
Sejarah Pulau Galang
Berdasarkan catatan Kompas.com, Selasa (31/1/2023), Pulau Galang mulai dikenal ketika dijadikan lokasi pengungsian warga Vietnam.
Hal tersebut terjadi setelah warga Vietnam berbondong-bondong melarikan diri ke Pulau Galang, termasuk wilayah lainnya, akibat perang saudara di negaranya yang berkecamuk sekitar tahun 1980.
Perjalanan warga Vietnam menuju Pulau Galang penuh dengan tantangan.
Mereka harus menempuh perjalanan laut dengan perahu kecil dan terombang-ambing di Laut China Selatan selama berhari-hari tanpa arah yang jelas.
Sebagian dari mereka akhirnya tiba di Pulau Galang dan Tanjung Pinang untuk mencari perlindungan.
Karena perjalanan laut yang penuh tantangan, para pengungsi Vietnam pun dijuluki sebagai "manusia perahu".
Kedatangan warga Vietnam sekaligus memulai kisah Pulau Galang sebagai kamp pengungsian.
Baca juga: Menyoal Rencana Pemindahan Pasien Covid-19 Surabaya ke Pulau Galang
Jumlah warga Vietnam yang mengungsi di Pulau Galang mencapai 250.000 orang.
Pulau tersebut dijadikan kamp pengungsian sementara selama 17 tahun, tepatnya pada 1979 hingga 1996.
Untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi, Pemerintah Indonesia dan Komisi Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendirikan sejumlah fasilitas di Pulau Galang.
Beberapa fasilitas yang dibangun adalah tempat ibadah, sekolah, barak pengungsian, termasuk rumah sakit.
Para warga Vietnam yang menghuni Pulau Galang kemudian tinggal di barak yang dibagi menjadi enam zona dengan masing-masing area ditempati 2.000 hingga 3.000 orang.
Kamp pengungsian di Pulau Galang berakhir pada 3 September 1996.
Baca juga: Meski Israel Dikecam Dunia, Netanyahu Tetap Bersikeras Rebut Seluruh Gaza
Fasilitas Pulau Galang
Sebagai kamp pengungsian, Pulau Galang dilengkapi dengan sejumlah sarana pendukung.
Seperti tempat ibadah untuk beberapa agama, yakni musala, gereja Protestan, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vi Nhiem, dan Vihara Quan Am Tu.
Khusus di Vihara Quan Am Tu, tempat ibadah ini dilengkapi dengan tiga patung, salah satunya Dewi Guang Shi Pu Sha.
Menurut kepercayaan yang ada, Dewi Guang Shi Pu Sha bisa mendatangkan keberuntungan, jodoh, dan keharmonisan rumah tangga.
Selain tempat ibadah, ada pula penjara di Pulau Galang yang difungsikan untuk menahan pengungsi yang melakukan tindak kriminal dan pemakaman dengan nama Ngha Trang Grave.
Setelah dijadikan kamp pengungsian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah mengoperasikan Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) untuk pasien yang terjangkit Covid-19.
Total pasien yang dirawat di RSKI tersebut hingga Mei 2022 mencapai 21.000 pasien.
Baca juga: Jika Israel Tak Hentikan Perang di Gaza, Inggris Akan Akui Negara Palestina pada September 2025
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.