Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Perawat, Pekerjaan Ini Disebut Pakar Sulit Tergantikan AI

Baca di App
Lihat Foto
Bloomberg
CEO Google DeepMind, Demis Hassabis.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), semakin banyak pekerjaan yang diprediksi dapat digantikan oleh teknologi ini, mulai dari layanan pelanggan, analis data, hingga profesi di bidang medis.

Namun, tak semua profesi bisa tergantikan sepenuhnya oleh mesin.

CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, menyebut bahwa AI memang berpotensi mengambil alih sejumlah tugas dokter, tetapi tidak demikian halnya dengan perawat.

“Meskipun suatu hari nanti teknologi ini bisa mengambil alih banyak pekerjaan yang sekarang ditangani dokter, AI tidak akan pernah bisa menggantikan perawat,” ujar Hassabis dalam wawancaranya dengan Wired, sebagaimana dilansir India Today, Selasa (5/8/2025).

Hassabis memperkirakan bahwa dalam 5-10 tahun ke depan, sistem AI akan menjadi bagian penting dalam praktik dunia medis, terutama untuk tugas-tugas yang melibatkan pemrosesan data dalam jumlah besar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ini, teknologi AI sudah mampu membaca hasil sinar-X, MRI, dan CT scan dengan tingkat akurasi tinggi. AI juga dapat menganalisis hasil tes laboratorium dan bahkan menyusun rekomendasi rencana perawatan bagi pasien.

Dengan kemampuan memproses data medis yang kompleks serta menangani pekerjaan yang bersifat repetitif atau menyita waktu, AI dinilai bisa menjadi mitra yang sangat membantu bagi para dokter.

“Dalam beberapa kasus, AI bahkan bisa mengambil alih tanggung jawab diagnostik tertentu sepenuhnya, sehingga dokter dapat lebih fokus pada kasus-kasus yang lebih sulit atau membutuhkan perhatian khusus,” jelas Hassabis.

Baca juga: 2 Profesi yang Disebut Pakar Paling Sulit Digantikan AI, Apa Saja?

Koneksi manusia, empati, dan dukungan emosional tak dapat digantikan AI

Hassabis menyebut, walau AI berkembang pesat, ada batasan pada kemampuan yang dimilikinya.

Menurut dia, pekerjaan perawat yang bergantung pada koneksi manusia, empati, dan dukungan emosional tidak dapat dilakukan oleh AI. Dalam hal ini, AI dianggap cenderung hanya bekerja pada taraf data dan prosedur. 

“Keperawatan melibatkan lebih dari sekadar mengikuti instruksi medis atau memantau tanda-tanda vital pasien,” ujarnya.

Peran ini juga berakar kuat pada interaksi manusia. Perawat bukan hanya memberikan perawatan fisik tetapi juga memberikan kenyamanan, kepastian, dan dukungan emosional.

“Elemen-elemen tersebut penting untuk pemulihan dan tidak dapat ditiru bahkan oleh mesin tercanggih sekalipun. AI tidak bisa memegang tangan seseorang," ujar Hassabis.

Baca juga: Daftar Profesi yang Disebut Paling Aman dari Ancaman AI

Perawat robot sekalipun, kata Hassabis, memang dapat melakukan tugas-tugas fisik secara akurat, seperti memberikan obat dan mencatat data pasien. 

Namun, robot tersebut tidak dapat memberikan "kehangatan", kasih sayang, dan kemampuan untuk terhubung dengan orang-orang rentan.

"Perawat robotik mungkin efisien, tetapi tidak memiliki kehangatan dan kasih sayang manusiawi yang menjadi ciri khas perawatan berkualitas," ujarnya.

Pimpinan DeepMind juga mencatat, peran perawat seringkali berkaitan dengan kepercayaan pasien dan keluarganya.

Perawat dapat memahami isyarat halus yang mungkin mengindikasikan perubahan kesehatan, serta hadir secara emosional di saat-saat stres atau ketakutan. 

Baca juga: 10 Model AI Paling Cerdas 2025, Gemini Peringkat 3

Selain perawat, tukang ledeng juga profesi yang sulit digantikan AI

Geoffrey Hinton, salah satu pelopor AI terkemuka yang sering disebut “Bapak AI” dan juga seorang peraih nobel, mengungkapkan pandangannya mengenai masa depan AI.

Mengenai kekhawatirannya tentang AI, baru-baru ini ia mengungkapkan saran untuk belajar menjadi tukang ledeng.

“Akan butuh waktu lama sebelum AI bisa sehebat kita dalam manipulasi fisik. Kemungkinan besar, saya ingin menjadi tukang ledeng,” ujar Hinton saat tampil di podcast The Diary of a CEO, dikutip dari The Economic Times.

Berbeda dengan pekerjaan yang sangat bergantung pada kerja meja dan pengenalan pola, pekerjaan perpipaan membutuhkan keterampilan fisik yang kompleks. Hal ini yang mungkin masih sulit ditiru oleh AI.

Menurut Hinton, jenis pekerjaan ini justru berpotensi bertahan, bahkan ketika banyak profesi kerah putih mulai tergantikan oleh mesin.

“AI masih akan kesulitan untuk mengencangkan keran yang bocor atau memegang tangan pasien yang ketakutan," kata Hinton.

Baca juga: Siap Saingi ChatGPT, Apple Akan Bikin Chatbot AI Sendiri

Hinton memperingatkan bahwa kecerdasan buatan suatu hari nanti bisa membahayakan umat manusia. Ia bahkan menyatakan penyesalan atas perannya dalam pengembangan AI.

Di era ketika pekerjaan sering kali dinilai berdasarkan jabatan dan gaji, profesi seperti perawat dan tukang ledeng justru muncul sebagai karier yang menjanjikan.

Profesi-profesi ini mengandalkan kualitas manusia yang tak bisa dikodekan oleh algoritma, seperti halnya intuisi, improvisasi, dan welas asih.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi