Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Siapkan Pulau Galang untuk Warga Gaza, Begini Rencana dan Pro Kontranya

Baca di App
Lihat Foto
Google Maps
Ilustrasi Pulau Galang. Pulau Galang akan dijadikan lokasi pengobatan warga Gaza yang menjadi korban perang.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Pemerintah menyiapkan Pulau Galang, Kepulauan Riau, sebagai pusat pengobatan bagi sekitar 2.000 warga Gaza, Palestina, yang menjadi korban perang. 

Pulau ini dipilih karena memiliki rumah sakit dan fasilitas pendukung yang memadai, serta pernah digunakan untuk isolasi pasien Covid-19.

Menteri Luar Negeri RI Sugiono mengatakan, persiapan ini sudah dilakukan agar sewaktu-waktu permintaan pengobatan dapat langsung dijalankan. 

Baca juga: Istana Ungkap Alasan Pulau Galang Jadi Lokasi Pengobatan Warga Gaza, Tegaskan Bukan Evakuasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenai rencana ini, berbagai respons muncul termasuk dari PP Muhammadiyah yang menganggap akan menguntungkan AS dan Israel.

Di sisi lain, pihak istana juga telah memberikan tanggapan terhadap kekhawatiran mengenai evakuasi warga Palestina.

Lantas, bagaimana skema pemerintah dalam memindahkan warga Palestina ke Pulau Galang? Serta bagaimana respons pro kontranya?

Rencana siapkan Pulau Galang untuk pengobatan warga Palestina

Menteri Luar Negeri RI Sugiono mengatakan, fasilitas di pulau tersebut sudah siap karena pernah digunakan untuk perawatan pasien Covid-19.

"Kemarin Presiden (Prabowo) menyebut Pulau Galang, kita sedang melihat, karena waktu itu kan pernah dipakai untuk tempat perawatan Covid-19, jadi ada infrastruktur yang sudah di sana," ucap Sugiono di kantor Kemenlu RI, dilansir dari Kompas.com, Kamis (7/8/2025).

Sugiono menambahkan, persiapan ini dilakukan agar sewaktu-waktu permintaan evakuasi dan pengobatan dapat langsung dijalankan.

"Jadi, sewaktu-waktu itu bisa dilaksanakan, ya kita sudah siap," ujarnya.

Ia menyebut, otoritas Palestina telah mengizinkan warganya dirawat di Indonesia, sementara persetujuan dari negara-negara tetangga masih dibahas.

"Belum sampai ke sana (persetujuan), ya kan kemarin itu disampaikan, kita ada permintaan. Permintaan yang ngomongnya lebih teknis juga belum seperti apa, makanya kalau misalnya itu tiba-tiba terjadi, kita sudah siap," tambahnya.

Baca juga: Profil Pulau Galang: dari Kamp Pengungsi Vietnam, Kini Disiapkan Jadi Lokasi Pengobatan Warga Gaza

Kenapa Pulau Galang dipilih?

Menurut pemerintah, Pulau Galang dipilih karena memiliki infrastruktur yang sudah tersedia.

Sejauh ini, lokasi tersebut dianggap siap karena sudah memiliki fasilitas mulai dari rumah sakit, fasilitas pendukung, hingga area yang terpisah dari permukiman. 

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menyebut, lokasi ini aman dan nyaman untuk penanganan pasien.

"Itu kan juga tempat yang terpisah dari warga kita yang bermukim di pulau-pulau lainnya," jelas Hasan, dikutip dari Kompas.com, Kamis (7/8/2025). 

Pulau ini sebelumnya digunakan untuk mengisolasi pasien Covid-19 dan pernah menampung pengungsi Vietnam. 

Pengalaman tersebut membuat fasilitas dan tata kelola wilayah sudah teruji untuk penanganan skala besar.

Suara kritikan dari Muhammadiyah

Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengkritisi rencana ini. 

Menurutnya, langkah memindahkan warga Gaza ke luar wilayahnya akan menguntungkan Israel dan Amerika Serikat.

"Netanyahu dan Donald Trump tentu akan sangat senang sekali bila Indonesia mau membawa rakyat Gaza yang terluka ke luar Gaza untuk diobati di Indonesia," kata Anwar, dikutip dari Kompas.com, Jumat (8/8/2025).

Ia mempertanyakan kepastian pemulangan warga Gaza setelah pengobatan.

"Bila mereka yang diobati tersebut sudah sehat lalu dikembalikan ke Gaza, apakah Israel dan Amerika akan menerima mereka?" ujarnya.

Anwar menyarankan pengobatan dilakukan di wilayah Gaza sendiri.

"Tidak dengan membawa mereka ke luar dari wilayah Gaza," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Pulau Galang yang Diusulkan Jadi Tempat Penampungan Pengungsi Rohingya

Istana: bukan evakuasi

PCO menegaskan, kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memindahkan warga Gaza secara permanen, melainkan fokus pada aspek medis.

"Dan ini memang bukan evakuasi ya, ini untuk pengobatan," ujar Hasan Hasbi. 

Ia menjelaskan, rencana tersebut bersifat sementara dan seluruh pasien akan dikembalikan ke Gaza setelah perawatan selesai.

"Setelah selesai pengobatan, mereka tentu akan kembali lagi ke Gaza. Jadi, bukan memindahkan warga, tapi kita semacam operasi kemanusiaan untuk membantu sebanyak yang kita bisa," kata Hasan.

Menurutnya, perbedaan mendasar dengan evakuasi adalah tujuan dan durasi penempatan. Dalam operasi kemanusiaan ini, Pulau Galang hanya menjadi lokasi transit perawatan, bukan tempat tinggal permanen bagi warga Gaza.

Baca juga: 70 Persen Kapasitas RS Corona Terpakai, Apa Kabar RSKI Pulau Galang?

Pulau Galang dan sejarah kemanusiaannya 

Pulau Galang terletak di Kota Batam, sekitar 60–79 kilometer dari pusat kota, dan pernah menjadi kamp pengungsi Vietnam pada 1979–1996.

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (7/8/2025), Pulau Galang secara historis telah memiliki catatan yang panjang terkait aksi kemanusiaan.

Pulau Galang mulai dikenal luas ketika dijadikan lokasi pengungsian warga Vietnam pada periode 1979–1996. 

Saat itu, perang saudara di Vietnam memaksa ratusan ribu warganya melarikan diri menggunakan perahu kecil menyeberangi Laut China Selatan. 

Perjalanan ini penuh risiko karena mereka terombang-ambing di laut selama berhari-hari tanpa arah yang pasti.

Sebagian dari para pengungsi tersebut akhirnya tiba di Pulau Galang dan Tanjung Pinang untuk mencari perlindungan. Karena perjalanan laut yang berbahaya itu, mereka dijuluki sebagai “manusia perahu”.

Jumlah pengungsi Vietnam yang pernah menempati Pulau Galang mencapai sekitar 250.000 orang. 

Baca juga: Mengenal Pulau Galang, Kamp Pengungsian yang Akan Jadi Lokasi Observasi Penyakit Infeksi Menular

Untuk memenuhi kebutuhan mereka, Pemerintah Indonesia bersama UNHCR membangun berbagai fasilitas, termasuk rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, barak pengungsian, serta penjara bagi yang melakukan tindak kriminal. 

Selama 17 tahun berfungsi sebagai kamp pengungsian, Pulau Galang terbagi dalam enam zona barak, masing-masing menampung 2.000–3.000 orang.

Kamp pengungsian ini resmi ditutup pada 3 September 1996. Namun, pulau ini kembali difungsikan saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020. 

Pemerintah membangun Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) di lokasi tersebut untuk merawat pasien Covid-19. Hingga Mei 2022, total pasien yang dirawat di RSKI Pulau Galang mencapai sekitar 21.000 orang.

Banyak fasilitas yang dibangun pada masa pengungsian dan pandemi masih bertahan hingga kini, menjadikan Pulau Galang memiliki infrastruktur kesehatan yang memadai untuk penanganan skala besar.

(Sumber: Kompas.com/Singgih Wiryono, Rahel Narda Chaterine, Firda Janati, Yefta Christopherus Asia Sanjaya | Editor: Robertus Belarminus, Ardito Ramadhan, Dani Prabowo, Yefta Christopherus Asia Sanjaya)

 

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi