Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Ikuti Saran Diet Cuma dari Chatbot AI, Begini Akibatnya

Baca di App
Lihat Foto
Joseph Maldonado / Mashable
Apple dikabarkan siap mengembangkan chatbot AI serupa dengan ChatGPT.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com – Seorang pria berusia 60 tahun di Amerika Serikat harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami bromisme, kondisi langka akibat paparan kronis senyawa bromida.

Kisah ini bermula ketika ia mencari cara mengubah pola makan menggunakan ChatGPT.

Salah satu langkah yang ia ambil adalah mengganti garam dapur (natrium klorida) dengan natrium bromida yang dibelinya secara daring.

Dikutip dari Live Science, Sabtu (9/8/2025), seorang juru bicara OpenAI atau pengembang ChatGPT menegaskan bahwa layanan mereka tidak dirancang untuk memberikan diagnosis maupun pengobatan medis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“ChatGPT tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber kebenaran atau pengganti nasihat dari tenaga profesional,” ujar juru bicara tersebut.

Live Science melaporkan, kasus ini telah dipublikasikan di jurnal Annals of Internal Medicine Clinical Cases pada Agustus 2025.

Baca juga: 3 Keterampilan yang Sulit Digantikan AI Menurut Pakar Teknologi, Apa Saja?

Gejala aneh dan diagnosis

Setelah tiga bulan menjalani diet saran dari ChatGPT, pria itu datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan gejala paranoia, termasuk keyakinan bahwa tetangganya mencoba meracuninya.

Pemeriksaan laboratorium awal menunjukkan kadar klorida yang tinggi dalam darah. Namun, dokter curiga hasil itu bisa keliru karena bromida dapat mengganggu pembacaan alat uji.

Berkonsultasi dengan pusat racun, tim medis akhirnya menyimpulkan bahwa pasien mengalami bromisme.

Kondisinya kian memburuk, termasuk paranoia semakin kuat, mengalami halusinasi, bahkan mencoba kabur dari rumah sakit.

Pria itu kemudian mendapat perawatan psikiatri dan obat antipsikotik.

Selain gangguan psikis, ia juga mengeluhkan jerawat, ruam kulit, insomnia, kelelahan, gangguan koordinasi otot, dan rasa haus berlebihan yang merupakan gejala khas bromisme.

Mengapa bromida bisa berbahaya?

Menurut laporan di jurnal Annals of Internal Medicine Clinical Cases, bromida dulu populer pada abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 sebagai obat penenang, antikonvulsan, dan obat tidur.

Namun, pemakaian jangka panjang terbukti berisiko menimbulkan bromisme, yakni keracunan akibat akumulasi bromida di tubuh.

Kondisi ini dapat memicu gangguan neuropsikiatri, seperti psikosis, delusi, agitasi, hingga gangguan memori dan koordinasi otot.

Sejak 1970-an, banyak produk bromida dihapus dari pasaran Amerika Serikat, membuat kasus bromisme jarang ditemukan.

Meski begitu, beberapa kasus terbaru muncul akibat pembelian suplemen atau bahan bromida secara daring.

Peran ChatGPT dalam kasus ini

Dalam penelitian, dokter mencoba mengulang percakapan yang mungkin dilakukan pasien menggunakan ChatGPT 3.5.

Saat diminta menyebutkan pengganti natrium klorida, chatbot AI tersebut memang menyebutkan bromida, dengan catatan konteks itu penting.

Namun, tidak ada peringatan medis atau pertanyaan lanjutan seperti yang biasanya dilakukan tenaga kesehatan.

Penulis laporan menegaskan, “Sangat kecil kemungkinan seorang pakar medis akan merekomendasikan natrium bromida kepada pasien yang mencari pengganti garam dapur”.

OpenAI pun kembali mengingatkan, layanan mereka tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber informasi medis.

“Kami melatih produk agar mendorong pengguna mencari nasihat profesional,” ujar juru bicara.

Baca juga: Panduan agar Pekerjaan Kita Tak Tergantikan oleh AI Menurut Pendiri Y Combinator

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Live Science
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi