KOMPAS.com - Belakangan ini isu mengenai ancaman teknologi kecerdasan buatan gelap atau dark AI dalam dunia siber sedang ramai diberitakan.
Pasalnya, dark AI disebut sengaja diciptakan untuk melakukan aktivitas ilegal di dunia digital, seperti phising dan menghasilkan malware.
Bahkan teknologi dark AI menjadi senjata yang digunakan di balik sejumlah serangan siber yang terjadi di dunia.
Seperti yang diungkapkan Sergey Lozhkin, Kepala Tim Riset dan Analisis Global di META dan APAC di acara Kaspersky APAC Cyber Security Weekend 2025 yang diselenggarakan di Da Nang, Vietnam.
Baca juga: 10 Model AI Paling Cerdas 2025, Gemini Peringkat 3
"Sejak ChatGPT mendapatkan popularitas global pada tahun 2023, kami telah mengamati beberapa adopsi AI yang bermanfaat. Di saat yang sama, pelaku kejahatan siber menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan serangan mereka," ujar Lozhkin, dikutip dari Daily Mirror (12/8/2025).
"Kita memasuki era keamanan siber dan masyarakat di mana AI adalah perisai dan Dark AI adalah pedangnya," pungkasnya.
Kompas.com menghubungi pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, untuk memberikan penjelasan mengenai dark AI dan kemungkinan ancaman bahayanya.
Baca juga: Mark Zuckerberg Buru Pakar AI Terbaik, Gaji Miliaran Disiapkan
Apa itu dark AI?
Pada dasarnya dark AI adalah teknologi yang sama dengan model AI pada umumnya. Namun, tidak ada pembatasan atau pengawasan, sehingga kerap dimanfaatkan untuk tujuan negatif.
“Sebenarnya dark AI ya AI juga. Ibaratnya AI itu pisau, lalu dark AI itu pisau yang digunakan untuk nodong. AI biasa pisau yang digunakan untuk masak, gitu,” kata Alfons kepada Kompas.com, Rabu (13/8/2025).
“Jadi AI-nya sebenarnya ya netral. Tapi dark AI itu adalah AI yang spesifik digunakan untuk mendukung aksi-aksi kejahatan dalam dunia digital,” lanjut dia.
Baca juga: 3 Keterampilan yang Sulit Digantikan AI Menurut Pakar Teknologi, Apa Saja?
Alfons menyebut, tidak ada pembatasan dalam penggunaan dark AI, sehingga pengguna dapat menanyakan atau memberi perintah apa pun.
Ini berbeda dengan model AI biasa yang membatasi prompt dan pertanyaan yang mengarah pada tindakan negatif atau ilegal.
“Kalau AI biasa kan mau bikin malware ga boleh, mau bikin phising ga boleh, mau melakukan hal yang negatif ga boleh karena dibatasi kan? Nah kalau dark AI itu tidak ada pembatasannya,”
“Sehingga (dark AI) bisa digunakan untuk bikin malware, bikin phising, untuk nyepam, untuk DDoS, dan lain sebagainya," ujarnya.
Baca juga: Panduan agar Pekerjaan Kita Tak Tergantikan oleh AI Menurut Pendiri Y Combinator
Apa bahaya dark AI bagi dunia digital?
Meski memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, penggunaan model AI yang tidak bijak justru dapat memberikan ancaman dan dampak negatif, termasuk penggunaan dark AI.
Tidak adanya batasan dalam penggunaannya, membuat dark AI dimanfaatkan untuk hal-hal ilegal dan tindakan kejahatan.
“Ini (dark AI) akan mempermudah pelaku kejahatan siber melakukan aksinya. Dia melakukan otomasi serangan, bikin malware baru dari malware yang sudah ada, diganti variannya,” jelas Alfons.
Baca juga: Chatbot AI Dibatasi di Beberapa Negara Bagian AS, Apa Alasannya?
“Lalu dia (dark AI) melakukan phising (dengan) memberikan ide-ide bagaimana cara phising yang baik dan mudah memakan korban,” sambungnya.
Kehadiran dark AI ibarat menjadi senjata yang dapat digunakan dengan baik untuk melakukan kejahatan siber.
Lebih lanjut, Alfons mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan menggunakan AI dengan bijak.
Baca juga: Pria Ini Ikuti Saran Diet Cuma dari Chatbot AI, Begini Akibatnya
Masyarakat, menurut dia, tetap perlu menyadari bahwa ada atau tidak adanya dark AI, masyarakat tetap harus waspada.
“Dark AI ini hanya mempermudah dan mempercepat bagi pelaku kejahatan digital untuk menjalankan aksinya.”
“Jadi tanpa dark AI pun masyarakat harus hati-hati (menggunakan AI). Dengan adanya dark AI, harus lebih hati-hati lagi. Karena melakukan kejahatan digital jauh lebih mudah dan lebih sulit diidentifikasi,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.