Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Hanya Jeda, Iran Peringatkan Serangan Israel Dapat Terjadi Kapan Pun

Baca di App
Lihat Foto
AFP/ATTA KENARE
Kepulan asap membubung tinggi ke angkasa setelah kilang minyak di selatan Ibu Kota Teheran, Iran, terbakar dalam serangan Israel pada Minggu, 15 Juni 2025. Perang Israel-Iran telah memasuki hari ketiga sejak pecah pada Jumat (13/6/2025).
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Seorang pejabat senior di Iran pada Senin (18/8/2025) memperingatkan bahwa perang dengan israel dapat meletus kapan saja.

Ia juga menggambarkan jeda saat ini setelah konflik 12 hari pada bulan Juni sebagai penghentian sementara.

Wakil Presiden Iran, Mohammad Reza Aref mengatakan, mereka harus selalu siap setiap saat untuk menghadapi konfrontasi.

"Saat ini, kita bahkan belum berada dalam gencatan senjata (kesepakatan). Kita berada dalam penghentian permusuhan,” ujarnya, dikutip dari CNA, Selasa (19/8/2025).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Aksi Mogok Nasional di Israel, Desak Akhiri Perang Gaza dan Bebaskan Sandera

Jeda sementara, bukan perdamaian

Pertempuran Juni lalu diawali dengan Israel yang membombardir situs-situs nuklir dan militer Iran, serta kawasan permukiman. 

Akibatnya, lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir tewas dalam serangan itu. 

Iran membalas dengan serangan rudal dan pesawat nirawak yang menewaskan puluhan orang di Israel.

Amerika Serikat kemudian mengumumkan gencatan senjata pada Selasa (24/6/2025), dua hari setelah bergabung dalam perang dengan mengebom fasilitas nuklir Iran. 

Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Wanita Muda Kaya Raya yang Terkubur 3.000 Tahun di Iran

Namun, tidak ada gencatan senjata resmi yang disepakati, hanya ada jeda permusuhan yang tidak diumumkan.

Penasihat militer pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Yahya Rahim Safavi mengatakan kepada media Iran bahwa negaranya sedang mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk.

"Kita tidak sedang dalam gencatan senjata sekarang, kita sedang dalam fase perang, yang bisa pecah kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika," ujarnya dalam pernyataan yang dimuat di harian Shargh.

Baca juga: 5 Jurnalis Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza, termasuk Anas al-Sharif

Menlu Iran menyatakan hal sebaliknya

Dikutip dari Newsweek, Senin (18/8/2025), hal itu bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.

Pasalnya, ia tidak memperkirakan akan ada serangan Israel dalam waktu dekat.

Hal ini mencerminkan perbedaan pandangan dalam kepemimpinan Iran mengenai kemungkinan munculnya kembali konflik.

"Sebagai pakar hubungan internasional, saya tidak berpendapat bahwa perang akan terjadi dalam waktu dekat," jelas dia. 

Araghchi juga menyatakan bahwa Israel bertujuan membentuk persepsi publik dengan mengisyaratkan ancaman perang.

Baca juga: Kisah Suleiman Obeid, Pele Palestina yang Ditembak Tentara Israel saat Menunggu Bantuan

Tanggapan Israel

Sementara itu, Kepala Staf Israel Eyal Zamir telah mengeluarkan ancaman balasan yang menegaskan kesiapannya untuk menyerang Iran.

Berbicara dalam sebuah upacara militer, ia berkata bahwa mereka siap menyerang lagi bila diperlukan.

Hal ini menggambarkan konflik bulan Juni sebagai perang yang bertujuan untuk melenyapkan ancaman eksistensial sebelum menjadi bahaya nyata.

Sekutu regional dan AS pun terus memantau perkembangan, sementara para pemimpin Iran dan Israel menekankan kesiapan, membuat Timur Tengah berada dalam siaga tinggi.

Baca juga: Sederet Pemimpin Dunia Bereaksi terhadap Rencana Israel yang Ingin Ambil Alih Gaza, Ini Kata Mereka

Ketegangan nuklir meningkat

Sebelumnya, negara-negara Barat menuduh Iran berupaya mendapatkan senjata nuklir melalui program atomnya. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh Teheran.

Badan pengawas nuklir PBB menyatakan, Iran adalah satu-satunya negara non-nuklir yang memperkaya uranium hingga 60 persen, jauh di atas batas 3,67 persen berdasarkan perjanjian tahun 2015. 

Tingkat tersebut hanya satu langkah dari pengayaan 90 persen yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah bom.

Inggris, Perancis, dan Jerman pekan lalu mengancam akan menerapkan kembali sanksi yang dicabut berdasarkan kesepakatan 2015. 

Para pejabat Iran telah memperingatkan "konsekuensi serius" dan mengisyaratkan Teheran dapat keluar dari perjanjian non-proliferasi nuklir.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi