KOMPAS.com - Seorang pejabat senior di Iran pada Senin (18/8/2025) memperingatkan bahwa perang dengan israel dapat meletus kapan saja.
Ia juga menggambarkan jeda saat ini setelah konflik 12 hari pada bulan Juni sebagai penghentian sementara.
Wakil Presiden Iran, Mohammad Reza Aref mengatakan, mereka harus selalu siap setiap saat untuk menghadapi konfrontasi.
"Saat ini, kita bahkan belum berada dalam gencatan senjata (kesepakatan). Kita berada dalam penghentian permusuhan,” ujarnya, dikutip dari CNA, Selasa (19/8/2025).
Baca juga: Aksi Mogok Nasional di Israel, Desak Akhiri Perang Gaza dan Bebaskan Sandera
Jeda sementara, bukan perdamaian
Pertempuran Juni lalu diawali dengan Israel yang membombardir situs-situs nuklir dan militer Iran, serta kawasan permukiman.
Akibatnya, lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir tewas dalam serangan itu.
Iran membalas dengan serangan rudal dan pesawat nirawak yang menewaskan puluhan orang di Israel.
Amerika Serikat kemudian mengumumkan gencatan senjata pada Selasa (24/6/2025), dua hari setelah bergabung dalam perang dengan mengebom fasilitas nuklir Iran.
Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Wanita Muda Kaya Raya yang Terkubur 3.000 Tahun di Iran
Namun, tidak ada gencatan senjata resmi yang disepakati, hanya ada jeda permusuhan yang tidak diumumkan.
Penasihat militer pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Yahya Rahim Safavi mengatakan kepada media Iran bahwa negaranya sedang mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk.
"Kita tidak sedang dalam gencatan senjata sekarang, kita sedang dalam fase perang, yang bisa pecah kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika," ujarnya dalam pernyataan yang dimuat di harian Shargh.
Baca juga: 5 Jurnalis Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza, termasuk Anas al-Sharif
Menlu Iran menyatakan hal sebaliknya
Dikutip dari Newsweek, Senin (18/8/2025), hal itu bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.
Pasalnya, ia tidak memperkirakan akan ada serangan Israel dalam waktu dekat.
Hal ini mencerminkan perbedaan pandangan dalam kepemimpinan Iran mengenai kemungkinan munculnya kembali konflik.
"Sebagai pakar hubungan internasional, saya tidak berpendapat bahwa perang akan terjadi dalam waktu dekat," jelas dia.
Araghchi juga menyatakan bahwa Israel bertujuan membentuk persepsi publik dengan mengisyaratkan ancaman perang.
Baca juga: Kisah Suleiman Obeid, Pele Palestina yang Ditembak Tentara Israel saat Menunggu Bantuan
Tanggapan Israel
Sementara itu, Kepala Staf Israel Eyal Zamir telah mengeluarkan ancaman balasan yang menegaskan kesiapannya untuk menyerang Iran.
Berbicara dalam sebuah upacara militer, ia berkata bahwa mereka siap menyerang lagi bila diperlukan.
Hal ini menggambarkan konflik bulan Juni sebagai perang yang bertujuan untuk melenyapkan ancaman eksistensial sebelum menjadi bahaya nyata.
Sekutu regional dan AS pun terus memantau perkembangan, sementara para pemimpin Iran dan Israel menekankan kesiapan, membuat Timur Tengah berada dalam siaga tinggi.
Baca juga: Sederet Pemimpin Dunia Bereaksi terhadap Rencana Israel yang Ingin Ambil Alih Gaza, Ini Kata Mereka
Ketegangan nuklir meningkat
Sebelumnya, negara-negara Barat menuduh Iran berupaya mendapatkan senjata nuklir melalui program atomnya. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh Teheran.
Badan pengawas nuklir PBB menyatakan, Iran adalah satu-satunya negara non-nuklir yang memperkaya uranium hingga 60 persen, jauh di atas batas 3,67 persen berdasarkan perjanjian tahun 2015.
Tingkat tersebut hanya satu langkah dari pengayaan 90 persen yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah bom.
Inggris, Perancis, dan Jerman pekan lalu mengancam akan menerapkan kembali sanksi yang dicabut berdasarkan kesepakatan 2015.
Para pejabat Iran telah memperingatkan "konsekuensi serius" dan mengisyaratkan Teheran dapat keluar dari perjanjian non-proliferasi nuklir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.