KOMPAS.com - Warganet ramai-ramai menyoroti hasil negatif yang diraih Timnas Indonesia saat melawan Arab Saudi di laga perdana Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Bertanding di King Abdullah Sports City Hall Stadium, Kamis (9/10/2025), Pasukan Garuda harus mengakui keunggulan Arab Saudi dengan skor tipis 2-3.
Sejumlah warganet menilai kualitas Indonesia menurun sejak Patrick Kluivert ditunjuk sebagai pelatih menggantikan Shin Tae-yong (STY).
Tak sedikit pula yang pesimis Indonesia bisa melaju ke putaran kelima atau lolos ke Piala Dunia dengan skuad dan tim pelatih saat ini.
Baca juga: Kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi Diwarnai VAR dan 2 Penalti
“Kayaknya belum bisa piala dunia deh,” tulis warganet melalui akun @abi****, saat mengomentari unggahan akun Instagram resmi Timnas Indonesia.
“Kualitas Timnas buruk malam tadi,” kata akun @Len**** di X.
“Yah, inilah kualitas tim kepelatihan timnas kita. Dikasih pemain2 bagus gabisa memunculkan potensi dan strategi yg sesuai dg kemampuan pemain serta tidak menyesuaikan dg lawan yg dihadapi. Hanya berdasar total football Belanda. Yo kalah,” cuit warganet lain lewat akun X @kin*****.
Lalu, benarkah kualitas Timnas Indonesia mengalami penurunan setelah dilatih oleh Kluivert?
Baca juga: Kronologi Jennifer Coppen dan Suporter Indonesia Kesulitan Masuk Stadion King Abdullah Arab Saudi
Indonesia dinilai tidak alami penurunan kualitas
Pengamat sepak bola Akmal Marhali menilai, Timnas Indonesia tidak mengalami penurunan kualitas sejak Patrick Kluivert ditunjuk sebagai pelatih.
Menurutnya, kekalahan dari Arab Saudi bukan disebabkan oleh performa atau kemampuan teknis, melainkan oleh tingginya intensitas pertandingan.
Akmal menjelaskan, intensitas yang dihadapi Timnas Indonesia kali ini berbeda dibanding laga melawan Arab Saudi pada putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Pada 2024, Indonesia sempat menahan imbang Arab Saudi 1-1 di Jeddah dan menang 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Namun, pertandingan malam tadi merupakan laga hidup-mati di putaran keempat yang menggunakan sistem gugur (knockout).
Baca juga: Kalah dari Arab Saudi 2-3, Bagaimana Peluang Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026?
“Ketika era Shin Tae-yong itu kan masih babak ketiga dengan sistem home away. Nah, sekarang intensitasnya lebih tinggi di mana babak keempat dengan sistem knockout. Artinya, dengan bentuk kncokout kalau kita kalah, kita akan sulit lolos,” ujar Akmal kepada Kompas.com, Kamis (9/10/2025).
“Tapi, secara penampilan permainan sebenarnya tidak menurun. Cuma kan levelnya yang lebih tinggi saat ini, gitu kan. Beda dengan sebelum-sebelumnya, babak 1, babak 2, babak 3, babak 4 ini kan sudah sangat menentukan langkah menuju dunia,” tambahnya.
Akmal menyampaikan, Indonesia sebenarnya mampu memberikan perlawanan saat menghadapi Arab Saudi.
Hal tersebut ditunjukkan dengan penguasaan bola 45 persen berbanding 55 persen.
Skuad Garuda juga mampu melepaskan sepuluh tembakan yang lima di antaranya on target, sedangkan Arab Saudi mampu memiliki 16 dengan sepuluh on target.
Meski begitu, tiga gol yang bersarang di gawang Indonesia merupakan imbas dari kesalahan pemain sendiri.
Gol pertama terjadi ketika Marc Klok dan Joey Pelupessy dinilai tidak sigap menutup pemain Arab Saudi di sekitar kotak penalti.
Kesalahan tersebut membuat Saleh Abu Al Shamat mampu melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti yang menjebol gawang Maarten Paes.
Baca juga: Media Vietnam Soroti Kekalahan Indonesia dari Arab Saudi 2-3, Sebut Laga Penuh Kontroversi
Selain itu, Yakob Sayuri yang ditempatkan di bek kanan juga melakukan pelanggaran di kotak penalti.
Kesalahan tersebut membuat wasit menunjuk titik putih. Feras Al Brikan yang menjadi eksekutor menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa timnya unggul 1-2 atas Indonesia.
Akmal juga menilai Yakob Sayuri terlambat menutup ruang Feras Al Brikan yang berdiri di depan kotak penalti pada menit ke-62.
Feras akhirnya mampu memanfaatkan bola muntah hasil tepisan Maarten Paes dan membawa Arab Saudi memperlebar keunggulan menjadi 1-3.
“Ketiga gol itu karena error karena permainan Arab Saudi, bukan dari open play yang menakjubkanlah sebagai sebuah tim yang lolos ke Piala Dunia sudah enam kali,” ujar Akmal.
“Jadi, menurut saya, kita harus move on dari eranya Shin Tae-yong juga karena tidak bisa dibandingkan,” tambahnya.
Baca juga: 3 Syarat Indonesia Lolos Piala Dunia 2026 Usai Kalah dari Arab Saudi
Evaluasi untuk Patrick Kluivert
Akmal juga memberikan sejumlah evaluasi kepada Kluivert setelah Indonesia ditekuk Arab Saudi dengan skor 2-3.
Ia menilai, pelatih asal Belanda tersebut terlambat melakukan pergantian terhadap pemain-pemain yang bermain kurang maksimal.
Contohnya adalah Yakob sebagai bek kanan yang dinilai kalah bersaing dengan Salem Al-Dawsari.
Kluivert baru menarik Yakob pada menit ke-75 dan menggantinya dengan Sandy Walsh.
Selain itu, Akmal juga menyoroti peran Marc Klok yang dinilai tidak bermain optimal sebagai gelandang bertahan.
Klok masuk starting eleven menggantikan Calvin Verdonk yang secara mendadak dicoret dari skuad jelang melawan Arab Saudi akibat masalah pada kakinya.
“Ini kehilangan yang luar biasa yang kemudian posisinya tidak bisa dimainkan dengan baik oleh Marc Klok. Jadi, kehilangan Verdonk ini salah satu penyebab kita akhirnya kalah 2-3 dari Arab,” ungkap Akmal.
Baca juga: Kata Media Korea Selatan Usai Indonesia Kalah 2-3 dari Arab Saudi, Pertanyakan Pemecatan STY
Skuad Arab Saudi lebih siap
Akmal juga menilai, Skuad Arab Saudi tampak lebih siap secara fisik dan mental untuk melawan Indonesia.
Sebabnya, hanya tiga pemain Arab Saudi yang merumput di luar negeri, sementara pemain lainnya berkompetisi di kompetisi dalam negeri.
Kompetisi lokal juga sudah diliburkan seminggu jelang laga melawan Indonesia.
Langkah tersebut membuat pemain memiliki persiapan yang lebih lama ketimbang Indonesia.
Adapun skuad Garuda rata-rata diperkuat oleh pemain naturalisasi yang bermain di liga luar negeri, seperti Jay Idzes dari Sassuolo (Serie A Italia) dan Kevin Diks dari Borusia Mönchengladbach (Bundesliga Jerman).
Baca juga: Siapa Ahmad Al Ali, Wasit dari Kuwait yang Jadi Sorotan Jelang Indonesia vs Arab Saudi?
Arab Saudi tampil lebih baik
Terpisah, pengamat sepak bola Weshley Hutagalung menilai, skuad Arab Saudi di bawah asuhan Herve Renard tampil lebih baik saat menghadapi tim besutan Patrick Kluivert.
Menurut Weshley, untuk menilai apakah kualitas Timnas Indonesia menurun sejak dilatih Kluivert dibanding era Shin Tae-yong (STY), perlu ada tolok ukur yang jelas.
Kendati demikian, ia tidak menampik bahwa performa Indonesia terlihat menurun saat melawan Arab Saudi di putaran keempat jika dibandingkan dengan pertemuan pada putaran ketiga saat masih dilatih STY.
“Kalau membandingkan hasil laga melawan Arab Saudi di kualifikasi ketiga memang terlihat penurunan timnas era Kluivert. Namun, Kluivert juga harus menghadapi tim Saudi yang sudah membaik di era Herve Renard,” ujar Wesley kepada Kompas.com, Kamis (9/10/2025).
“Kedua tim sama-sama melakukan sejumlah perubahan skuad dari dua pertemuan sebelumnya. Hanya, kerangka dan cara bermain Indonesia tampak mengalami perubahan di era Kluivert,” tambahnya.
Wesley juga menyoroti perubahan skema pertahanan Indonesia yang di era STY menggunakan tiga center back berubah menjadi empat bek di era Kluivert.
Menurutnya, setiap pelatih punya cara bermain yang disukai dan tergantung kualitas pemain yang dimiliki untuk memainkan formasi seperti apa yang dibutuhkan.
Kerangka tim dengan tiga center back di era STY berubah ke empat bek memperlihatkan formasi andalan Kluivert.
“Rata-rata pelatih di Liga Belanda memang suka memainkan empat bek,” ujar Wesley.
Baca juga: Prediksi Ranking FIFA Indonesia Usai Kalah dari Arab Saudi
Meski begitu, ia tidak sependapat jika formasi yang diterapkan Kluivert dianggap sebagai biang kerok kekalahan Indonesia.
Ia menilai, ada banyak faktor yang membuat Indonesia kalah saat menghadapi Arab Saudi.
Salah satunya banyak pemain yang gagal menemukan performa terbaiknya. Hal ini mungkin disebabkan karena keputusan menurunkan pemain yang tidak pas di posisinya melawan gaya bermain Arab Saudi.
“Uji coba melawan Chinese Taipei dan Lebanon sangat tidak pas untuk mengukur komposisi ideal pemain-pemain melawan Arab Saudi,” katanya.
“Level tekanan dan kualitas pemain Saudi jauh berbeda untuk menyusun kerangka timnas dari dua uji coba tersebut,” lanjut Wesley.
Meski Indonesia harus menelan pil pahit usai dibungkam Arab Saudi, Wesley menilai Indonesia masih punya peluang lolos ke Piala Dunia atau putaran selanjutnya.
Nasib Indonesia di babak selanjutnya akan ditentukan oleh produktivitas masing-masing tim di grup B yang saat ini dihuni oleh Indonesia, Arab Saudi, dan Irak.
Baca juga: Head to Head Indonesia Vs Arab Saudi, Siapa Paling Banyak Menang?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang